Friday, February 21, 2014

Kalau Banteng Goyang Risma, Suara Bisa Anjlok

Leave a Comment

MEGA DAN RISMA/NET
  


Kondisi politik di Surabaya agak aneh. Tri Rismaharini, wali kota Surabaya yang naik karena dukungan PDIP, sekarang malah dikabarkan digoyang PDIP. Kalau benar ini terjadi, ini ibarat banteng nyeruduk banteng.

Pakar politik dari Universitas Airlangga Surabaya, Imanuel Sudjamoko mengingung melihat kondisi ini. Dia sempat menanyakan langsung ke elite PDIP di Surabaya tentang kebenaran kabar tersebut, tapi semuanya mengatakan gerakan mendesak dan mengguyang Risma tidak ada.

"Teman-teman PDIP di Surabaya mengatakan tidak seperti itu (ada tekanan ke Risma)," ujarnya kepada Rakyat Merdeka Online, malam ini (Rabu, 19/2).

Sudjatmoko melihat, isu Risma ditekan muncul setelah Risma bersikap tegas menolak pembangunan tol dalam kota dan pengambilalihan Kebun Binatang Surabaya alias KBS. "Di tol dan di KBS ini kan banyak duitnya, banyak kepentingannya ini. Tapi Risma dengan menolak pembangunan tol dan mau mengambil alih KBS," imbuhnya.

Untuk proyek tol tengah kota, sambung Sudjatmoko, merupakan proyek pemerintah pusat. DPRD Surabaya sudah menyetujui proyek ini dan mendesak walikota juga menyetujuinya. Tapi Risma tetap bersikap tegas. Dia berpegang dari hasil penelitian ITS, bahwa pembangunan itu akan merusak tata ruang Surabaya ke depan. Warga yang akan digusur juga akan sangat banyak. Risma akan setuju jika pembangunan tol itu di lingkar luar kota.

Persetujuan di DPRD ini juga diberikan oleh Fraksi PDIP. Namun, sikap Risma tetap dengan tegas menolak pembangunan itu.

Menurut Sudjatmoko, Risma memang bukan orang politik. Awalnya Risma berkarier di birokrasi mulai dari golongan bawah. Tapi karena kepintaran dan kerja kerasnya, dia diangkat menjadi Kepala Dinas Kebersihan Surabaya. Pada jaman Bambang DH, Risma diangkat menjadi kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota. Namanya pun semakin moncer.

Pada tahun 2010, karena Bambang DH tidak bisa mencalonkan walikota kembali, maka PDIP mengusung Risma. Bambang DH kemudian dipasangkan untuk menjadi wakilnya. Karena bukan politisi, selama memimpin sikap Risma lurus-lurus aja. Dia hanya memperlihatkan kinerja, tanpa ada muatan apa-apa.

Walau bukan kader, lanjut Sudjatmoko, harusnya PDIP tetap memagari Risma dari serangan. Sebab, PDIP-lah yang mengusung Risma. Bukan malah menjadi penggoyang Risma. "Kalau benar PDIP Surabaya yang menggoyang, itu namanya nemepuk air di dulang memercik ke muka sendiri," ungkapnya.

Di mata Sudjatmoko, kinerja Risma sangat bangus. Kota Surabaya semakin tertata, tingkat kesejahteraan meningkat, banjir berkurang, dan sangat dicintai warga. Kalau PDIP malah menggoyang, akan berdampak buruk ke PDIP sendiri. "Harusnya, Risma ini di kawal dari daerah sampai pusat. Kalau ini dilakukan, PDIP akan makin naik. Tapi kalau menggoyang Risma, PDIP akan merosot." imbuhnya.

Sudjatmoko melihat, saat ini dukungan masyarakat Surabaya ke Risma sangat tinggi. Baik masyarakat biasa maupun akademisi dan praktisi, tidak ingin Risma mundur dan kalah. Mereka mendukung Risma untuk maju terus dan menyelesaikan tugasnya sampai selesai.

"Dengan dukungan yang besar ini, saya kita Risma akan bertahan. Saya percaya dia kuat dengan isu-isu yang menerpa dirinya," tandasnya.
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

0 komentar:

Post a Comment

Social Icons

Followers