Wendi H. Oddy, peneliti asal Australia, melakukan penelitian terhadap
2900 ibu hamil. Ia terus mengikuti perkembangan anak mereka sampai usia
14 tahun. Secara terukur, peraih gelar Ph.D dalam bidang nutrisi itu
menemukan perubahan tingkah laku saat usia bayi-bayi itu mencapai 2, 6,
8, 10, dan 14 tahun.
Hasil penelitian itu juga menghasilkan kesimpulan, ada delapan gangguan mental yang bisa dikurangi bila anak disusui secara benar. Gangguan mental itu adalah menarik diri, gelisah, depresif, psychosomatic, autisme, gangguan cara berpikir, gangguan bersosialisasi, delinquent behaviour, serta tingkah laku agresif.
Menambahkan penelitian Wendi, Utami Roesli memaparkan penelitian Cohort pada 540 bayi tahun 2013. Penelitian itu dilakukan pada ibu-ibu yang memiliki bayi usia 9 dan 18 bulan. Mereka ditanya riwayat menyusui untuk kemudian dibandingkan dengan perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik bayi-bayi tersebut dengan skala Bayley.
Dokter anak sekaligus Ketua Pembina Sentra Laktasi Indonesia menyimpulkan bahwa, semakin lama menyusui, semakin berkurang gangguan mental pada anak dan remaja. Hasil penelitian itu tertulis dalam Journal Pediatric, Oktober 2009. “Itu penelitian yang lama sekali dengan sample yang banyak. Jadi, bagaimana kita nggak mau percaya dengan penelitian itu?” ulas Utami pada workshop tentang “Keajaiban ASI dan Efek Samping Pemberian Formula pada Bayi, Ditinjau dari Sisi Medis dan Hukum Syariah”, Ahad (9/3/2014) di RS Kemang Medical Care, Jakarta.
“Hal itu karena bayi-bayi yang mendapatkan ASI langsung dari ibunya, akan memiliki kesehatan mental yang lebih baik sebab tumbuh dalam keadaan aman,” ulas pemegang sertifikat International Board Certified Lactation Consultant ( IBCLC).
Fakta membuktikan, semakin lama periode menyusui, makin tinggi nilai peningkatan perkembangan kognitif, bahasa, dan motoriknya. Hal inilah yang membedakan dengan anak-anak yang banyak diberi susu formula.
Utami juga membeberkan hasil meta analisa terhadap 1802 bayi. Penambahan zat-zat pada susu formula seperti LCPUFA-DHA dan AA pada formula, gagal memberikan efek peningkatan kemampuan kognitif dini pada bayi.
*Diolah dari Hidayatullah.com
Hasil penelitian itu juga menghasilkan kesimpulan, ada delapan gangguan mental yang bisa dikurangi bila anak disusui secara benar. Gangguan mental itu adalah menarik diri, gelisah, depresif, psychosomatic, autisme, gangguan cara berpikir, gangguan bersosialisasi, delinquent behaviour, serta tingkah laku agresif.
Menambahkan penelitian Wendi, Utami Roesli memaparkan penelitian Cohort pada 540 bayi tahun 2013. Penelitian itu dilakukan pada ibu-ibu yang memiliki bayi usia 9 dan 18 bulan. Mereka ditanya riwayat menyusui untuk kemudian dibandingkan dengan perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik bayi-bayi tersebut dengan skala Bayley.
Dokter anak sekaligus Ketua Pembina Sentra Laktasi Indonesia menyimpulkan bahwa, semakin lama menyusui, semakin berkurang gangguan mental pada anak dan remaja. Hasil penelitian itu tertulis dalam Journal Pediatric, Oktober 2009. “Itu penelitian yang lama sekali dengan sample yang banyak. Jadi, bagaimana kita nggak mau percaya dengan penelitian itu?” ulas Utami pada workshop tentang “Keajaiban ASI dan Efek Samping Pemberian Formula pada Bayi, Ditinjau dari Sisi Medis dan Hukum Syariah”, Ahad (9/3/2014) di RS Kemang Medical Care, Jakarta.
“Hal itu karena bayi-bayi yang mendapatkan ASI langsung dari ibunya, akan memiliki kesehatan mental yang lebih baik sebab tumbuh dalam keadaan aman,” ulas pemegang sertifikat International Board Certified Lactation Consultant ( IBCLC).
Fakta membuktikan, semakin lama periode menyusui, makin tinggi nilai peningkatan perkembangan kognitif, bahasa, dan motoriknya. Hal inilah yang membedakan dengan anak-anak yang banyak diberi susu formula.
Utami juga membeberkan hasil meta analisa terhadap 1802 bayi. Penambahan zat-zat pada susu formula seperti LCPUFA-DHA dan AA pada formula, gagal memberikan efek peningkatan kemampuan kognitif dini pada bayi.
*Diolah dari Hidayatullah.com
0 komentar:
Post a Comment